sabilulmunjiat21.com

Kekuasaan Sepenuhnya Yang Berhak Hanya Allah Dalam Kehidupaan in, maka kita tidak perlu sombong terhadap orang lain
/div>

Jumat, 22 Maret 2013

lanjutan re-inkarnasi

destruksi-teologis, saya mengambil beberapa elemen yang terkait dengan kehidupan keluarga kita secara realistis. Pertama, Adam-Hawa sebagai keluarga, setelah kejatuhannya kebumi adalah sebagai kholifah. Kedua: Malaikat, menyimpulkan gambaran kepatuhan. Ketiga : Iblis dengan pembangkangannya (kejatuhannya). Keempat : Allah pemilik sekenario yang menciptakan seluruh isi bumi dengan segala ketentuan hukumNya berupa janji, peringatan, pendidikan dan ancaman. Kelima : Proses transpormasi ilmiah Adam untuk membangun hujjah sujudnya malaikat dan mengartikulasikan kholifah. Keenam : Pohon / Buah (disebut Khuldi) sebagai sababiah untuk pemaknaan atas ketidakberdayaan atau kedzoliman dan pengingkaran manusia. Sehingga manusia harus merekonstruksikan diri dan membangun etos kerja, serta menata mentalitas yang permanen agar menjadi manusia paripurna dan kembali merebut kedudukan di Surga.
Bagi pandangan saya hal demikian menjadi penting sekali, karena kehidupan keluaraga selalu berhadapan dengan enam paktor diatas. Sebagai alasannya mari kita perhatikan ayat dibawah ini
1. Lanabluwannakum bisyaiin minal khaufi wal ju’i, wanaqsyin minal amwaali wal anfusi wassamaraat, wabasyiris shobiriin.

2. Inyakuunu fuqaraa-a yughnikumullahu min fadlih
Keluarga adalah kekuatan perjuangan dari berbagai aspek dan pangkalnya adalah seorang Isteri (Ibu dan Anak), bukankah kekayaan paling berharga adalah (perempuan) isteri sholihah. Pada posisi lain, suami bertanggung jawab sebagi pemimpin keluarga, memiliki tanggung jawab dunia akhirat .
At Thalaq itu. Kontek ini disampaikan dalam rangka pembangunan pondasi dan struktur ekonomi umat lewat sebuah keluarga sakinah. Dengan demikian keluarga sakinah adalah sarana pembangunan ekonomi dari pengertian keluarga secara spesifik sampai keluarga secara global (bahwa umat Islam adalah sebuah keluarga ).
Kenalilah hari lahir kita, karena kita akan mengetahui kelemahan dan kelebihan diri pribadi kita. Begitupun terhadap pasangan (suami atau istri) kita, untuk saling menutupi kelemahan itu, dan memadukan kelebihan menjadi kekuatan. Terhadap yang telah lalu, tidak ada yang patut disesali, apabila kita mampu merenungkan dan mengambil hikmahnya. Kembalilah kepada keimanan terhadap qodlo dan qodhar Rabbul Izzati. Telah banyak diciptakan perbedaan dan permasalahan, ada kebersamaan dan perceraian, semua ada hikmah dan jalan keluarnya, semuanya tidak akan ada yang luput hanya saja “Walaa kinna aksarannasi laa ya’lamuun”, ingatlah “Qauluhul haqqu walahul mulku wabihaqqi Anzalnaahu Wabihaqqi NazaL”.
Kita sudah diciptakan Rabbil Izzati berbeda dengan pasangan kita sebab hukum berpasangan itu muncul karena adanya perbedaan “Syu’uban waqabaa ila lita’arafu” (Q.S Al Hujurat : 13) terpenting yang pasti membedakan adalah kadar ketakwaan.
Terhadap seorang wanita ( istri ) yang sering mersa tidak diberi porsi secara adil sangat tidak beralasan, karena harus diingat ada surga dibawah telapak kaki ibu (istri / perempuan). Sekian banyak penghuni surga adalah isrti, tetapi sebaliknya tidak sedikit penghuni neraka adalah istri. Rasio korelatifnya yakni realitas kehidupan secara kuantitas mayoritas yaitu wanita
selanjutnya merealisasikan rasa syukur kita dengan terus membuat perjanjian yang konstruktif kepada diri kita, juga kepada yang Khaliq dan kepada cipta Tuhan diluar manusia.
Beberapa pase tentang musyahadah itu terdiri dari:
1. Musyahadah Kelahiran ( Mauludah )
2. Musyahadah Aqil Balig
3. Musyahadah Munakahah
4. Musyahadah ketika Usia 40 tahun
5. Musyahadah ketika Rauhil Hulkum
Pemikiran ini berasal dari kalimat “Radhitu billah rabba wabil islami diina wabimuhammadin nabiyya warssula wabil ka’bati kiblata wabil mu’minina ikhawaana watabarra’na minkulli diinin yukholafu diinal islam amanna bikulli anzalahullah wabikulli rasuulin arsalahullah wabimalaaikatillah wabil yaumil akhiri wabil kodari khoirihi wasyarrihi minallah”.
Karena setiap mahluk diciptakan Allah dengan kadar ukurannya dan tunduk hanya kepada penciptanya sedangkan terciptanya manusia dalam esensi material organik dan non material astral. Sedangkan material organik memiliki tiga sistem operasional yaitu :
1. Sistem Pikir ( Akal )
2. Sistem Akhlak ( Qalbu )
3. Sistem Aksi
Khususnya manusia dan bagi semua mahluk akan tunduk kepada sunnatullah yang berarti kehidupan ini selalu mengisi ruang waktu metafisis karena secara exis ruh kehidupan akan berkembang mengisi masanya yang tidak dapat dijangkau akal. Terjadinya musyahadah adalah prefensi psikomotorik uluhiyah dari kehidupan ruhani yang murni agar energi ruhani mampu menguasai kecenderungan destruktif proses aqliyah dan
Buniyal islam ‘alaa khamsin syahadatu an laa ilaa ha illa allah wa anna Muhammad rasulullah, waiqamussolah, wa itauzzakat, wa shoumu ramadhon, wahijjul bait “ ( Al Hadits )
Bagaimana kita bisa syahadatain dan sholat apabila kita tidak rela Allah sebagai tuhan, Muhammad Sebagai Nabi dan Rasul, Ka’bah sebagai Qiblat, bagaimana pula kita bisa berzakat kalau tidak rela atas sesama muslim bahwa mereka adalah sebagai saudara.

Tidak ada komentar: